Tanggapan Warga Ahmadiyah Atas Serangan Teroris di Lahore

Seperti biasa anda bertanya setelah suatu insiden terjadi, apa reaksi kami. Reaksi kami pada saat-saat menghadapi kesulitan atau kehilangan adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an untuk seorang Muslim adalah mengucapkan “ Iza asabathum musibatun qolu inna lillahi wainna ilaihi rojiun”

Ini adalah reaksi pertama kami, bahwa kita ini berasal dari Allah dan kepadanya kita akan kembali. Dengan cara ini Al-Quran mengajarkan kepada kaum Muslimin bahwa pada saat-saat kesulitan dan kesedihan, kami tidak meminta bantuan dari orang lain, tidak dari pemerintah, tidak dari masyarakat mana pun, melainkan hanya dari Allah saja. Kami berdoa dengan kesabaran, kekuatan, kesetiaan dan ketabahan dan bersimpuh dihadapanNya dalam sujud dan ibadah kepadaNya saja. Ini adalah cara di mana kami bereaksi dimanapun dan kapanpun warga Ahmadi dihadapkan dengan berbagai penderitaan atau kekacauan.

Pertanyaan: apakah anda menuntut pemerintah supaya melakukan judicial review?

Jawab: Kebiasaan kami adalah bahwa kami tidak menuntut apapun dari pemerintah atau orang-orang. Keimanan kami adalah kepada Allah Yang Maha Esa yang memberikan kami kehidupan. Dia sendiri adalah pencipta kami dan penguasa tertinggi. Kami juga warga negara Pakistan. Jika pemerintah mempunyai kepedulian kepada kami, mereka akan melihat bahwa puluhan konferensi telah diselenggarakan di mana pidato disampaikan, spanduk-spanduk dibentangkan, diskusi-diskusi dilangsungkan, dan poster-poster dicetak membawa pesan bahwa Ahmadiyah adalah „wajibul katl“ – bahwa mereka harus dibunuh. Mereka harus dikeluarkan dari Pakistan, diberi waktu tiga hari untuk bertobat dan harus mengganti keyakinan mereka atau mereka dihadapkan kepada regu tembak. Poster-poster ini telah dicetak dan kami catat. Kami telah menunjukkan catatan-catatan ini kepada pemerintah dan pemerintah mengetahui  kesemuanya itu. Orang-orang yang menulis poster ini tidaklah menyembunyikan identitas atau alamat mereka. Semua hal ini terjadi di bawah mata dan hidung pemerintah.

Menurut hukum dinegeri ini melakukan penghasutan kepada orang untuk melakukan pembunuhan atau melakukan kekerasan adalah suatu perbuatan terlarang. Tapi ketika hal itu ditujukan kepada warga Ahmadi maka tidak ada pengaruhnya dan tak ada satupun yang peduli. Tidak hanya pemerintah, tetapi mediapun terlibat juga. Mereka menerbitkan laporan palsu, mereka memutarbalik prinsip-prinsip keimanan kami dan mereka mencetak semua hal secara terbuka bahwa Ahmadiyah harus dibunuh dan mereka tidak memiliki hak untuk menjadi warga Pakistan.

Pertanyaan: apakah komunitas Anda menerima ancaman sebelum serangan pada dua mesjid itu, atau apakah itu hasil dari beberapa konspirasi yang terencana?

Jawab: kami telah terancam semenjak tahun 1953. Juga pada tahun 1974 dan tahun 1984 ketika Ziaul Haq mengamandemen undang-undang. Ini bukanlah hal baru. Kaum Ahmadi menjadi sasaran setiap hari. Puluhan Ahmadi telah syahid. Beberapa hari lalu tiga Ahmadi tewas di Faisalabad. Pada saat mana, tak ada simpati ataupun kecaman dari pejabat pemerintah disampaikan. Hasil dari pada ini surat kabar Dawn menulis bahwa karena pemerintah tidak peduli terhadap tiga pembunuhan ini, maka sebuah lonceng kematian bagi kaum Ahmadi telah efektif di disuarakan.

Pertanyaan: Anda mengklaim bahwa media juga bertanggung jawab. Pemerintah mengklaim bahwa ada tangan asing dalam peristiwa ini. Apa yang dapat anda jelaskan dari hal tersebut?

Jawab: Pemerintah dapat mengetahui – mereka memiliki agen. Setiap hari ada pertemuan diadakan, dan ini disebarluaskan dan diberitakan bahwa Ahmadiyah harus dibunuh. Dimana pengaruh luar dalam hal ini? Setiap hari, para ahli agama, maulvi, dan pihak Khatame-Nabuwat mengadakan konferensi secara terbuka, di mana orang-orang diundang untuk membunuh Ahmadiyah. Katanya anda akan masuk surga bila anda membunuh orang Ahmadiyah.

Pertanyaan: apakah Anda mempunyai tuntutan kepada pemerintah menyangkut keamanan?

Jawab:Kami tidak meminta apa-apa dari pemerintah. Pemerintah harus memperhatikan ini sendiri. Mereka harus menetapkan sendiri apakah kami adalah warga negara ini? Setiap orang mengurus keamanan mereka sendiri sejauh mereka mampu, tetapi berapa banyak yang dapat dilakukan oleh warga negara biasa?

Pertanyaan: termasuk menteri utama, beberapa pejabat polisi dan lembaga penegak hukum, telah mengakui bahwa telah ada kesalahan dalam keamanan.

Jawab:Mereka tahu lebih baik jika ada kesalahan dalam keamanan atau bahkan ada keamanan sama sekali. Saya akan mengakui ada kesalahan keamanan hanya jika pernah ada tindakan yang diambil terhadap orang-orang yang menyeru pembunuhan terhadap orang-orang Ahmadi. Lusinan Ahmadi telah menjadi syahid dan hampir tidak ada orang yang telah ditangkap.

2 Antworten to “Tanggapan Warga Ahmadiyah Atas Serangan Teroris di Lahore”


  1. 1 Jibril Juni 8, 2010 um 2:38 am

    Bismillahirrahmanir rahiim

    Kesabaran dan Doa bagi Pengorbanan Besar para Syuhada di Lahore

    Intisari Khutbah Jum’at Tanggal 4 Juni 2010

    Disampaikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba, Imam Jama’at Muslim Ahmadiyyah Sedunia

    Catatan: Alislam Team / Translator takes full responsibility for any errors or miscommunication in this Synopsis of the Friday Sermon

    Hudhur atba menilawatkan ayat-ayat 31 – 33 dari Surah Ha Mim Al Sajdah (41): Innalladziina qaaluu rabbunal laahu tsumas taqaamuu tatanajjaluu ‘alaihimul malaa-ikatu allaa takhafuu wa laa …….. yang terjemahannya:

    Sesungguhnya orang-orang yang berkata ‘Tuhan kami Allah,’ kemudian mereka istiqamah, turun kepada mereka malaikat-malaikat, mengatakan ‘Janganlah kamu takut, dan jangan pula bersedih; dan berilah kabar suka tentang Syurga yang telah dijanjikan kepadamu.

    ‘Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Dan di dalamnya apa yang diinginkan diri kamu dan bagi kamu di dalamnya apa yang kamu minta.

    ‘Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’ (41:31 – 33).

    Hudhur atba menerangkan, setiap minggunya beliau menerima ribuan surat yang meminta doa berkenaan dengan kesembuhan bagi yang sakit, doa bagi orang-orang kecintaan mereka termasuk berita kegembiraan dalam pernikahan, permintaan doa tentang keinginannya untuk mendapatkan pasangan hidup, doa-doa minta keberkatan dalam pekerjaan, perniagaan atau permasalahan- pemasalahan yang terkait, doa minta lulus dalam ujiannya, singkatnya untuk perkara-perkara lainnya juga. Betapa pun, minggu lalu, Hudhur menerima ribuan surat lebih banyak dari yang biasanya di mana yang mereka sebutkan semuanya berkenaan sekitar pengorbanan besar dari para Shaheed (Syuhada, martyr) di Lahore. Terdapat pernyataan kesedihan, rasa sakit dan kemarahan, namun kemarahan ini berubah pada kalimat-kalimat berikutnya dalam ketabahan dan doa-doa. Kali ini, setiap orang melupakan permasalahannya sendiri. Surat-surat ini datang dari Pakistan, India, Australia dan benua-benua lainnya, dari Eropa, America dan Africa. Mereka ini bukanlah hanya perasaan emosional dari orang-orang Ahmadi yang keturunan orang Pakistan, tetapi juga, dari setiap suku bangsa yang telah berkesempatan ikut bai’at kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang semuanya menyatakan rasa simpatinya yang mendalam seakan-akan mereka yang menjadi korban kekejaman itu adalah keluarga dekatnya sendiri. Adapun mereka yang menjadi keluarga dekatnya dari orang-orang yang disyahidkan itu, mereka mengirim surat kepada Hudhur minta doa bagi anak-anak mereka, ayah mereka, saudara dan suami-suami mereka yang telah disyahidkan. Ini merupakan kesabaran dan ketabahan yang sangat besar. Hudhur atba secara pribadi menghubungi dengan tilpon kepada setiap keluarga syuhada untuk menyampaikan rasa duka-cita beliau. Hudhur mengatakan supaya beliau diberitahu andaikata ada keluarga syuhada yang terlewatkan. Dalam setiap keluarga itu, Hudhur menilpon dan berbicara kepada anak-anaknya, istri-istri, ibu-ibu dan bapak-bapak mereka yang semuanya menyatakan ridha dan pasrah kepada kehendak Tuhan Maha Kuasa. Hudhur atba mengatakan surat-surat tersebut dapat menyembunyikan perasaan emosinalnya, tetapi beliau mendengar dengan jelas, suara-suara mereka dalam tilpon dengan pernyataan mereka sesuai petunjuk Alqur-aan:: … Innalillaahi wa inna ilaihi raajiuun – .…‘Sesungguhnya, kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali.’ (2:157). Hudhur mengatakan bahwa mereka mengatakan menyadari sepenuhnya yang dengan persepsi yang sempurna tentang peraihan ridha Ilahi itu, mereka sepenuhnya berserah diri pada kehendak Allah. Satu atau dua korban tidak ada artinya bagi mereka, mereka siap sedia untuk menumpahkan sampai tetes darah terakhirnya demi untuk jama’atnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s., karena dewasa ini, hanya darah merekalah yang bisa memperlihatkan status dari Yang Mulia Rasulullah s.a.w. sebagai Khatumun Nabiyeen dan Imam dari semua Nab-nabi a.s. Mereka adalah orang-orang yang akan menghidupkan kembali model dari orang-orang Islam terdahulu, di mana mereka selalu memperhatikan dan mengikuti contoh mulia dari para Sahabat r.a. Hudhur atba mengatakan, setelah membaca semua surat-surat ini, beliau merasa tidaklah mampu untuk meng-ekspresikan perasaan emosi dari beliau itu sendiri. Betapa pun, mereka telah mningkatkan dan memperkuat keimanannya bahwa pastilah benar Tuhan telah menganugerahkan orang-orang yang benar-benar mencintai kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. agar dapat meraih tujuan objektifnya yang tinggi itu. Inilah orang-orang besar yang bersabar dan tabah, beliau-beliau yang sudah mangkat pun telah memperlihatkan contoh-contoh dalam kesabarannya ketika mereka ini bertemu dengan Tuhan mereka maka mereka telah membuktikan penyataan Alqur-aan bahwa: ‘Wa laa taquuluu limay yuqtaluu fii sabiilillaahi amwaat. Bal ahyaa’uw wa laakil laa yasy’uruun’ – ‘Dan, janganlah mengatakan tentang orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; tidak, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadainya.’ (2:155). Mereka telah memperlihatkan kepada dunia bahwa sementara mereka itu meraih ridha Tuhan, mereka pun menjadi sumber untuk menyemarakkan keimanan. Setiap tetes darah yang mereka tumpahkan dapat membuahkan hasil yang besar. Para malaikat akan merangkul mereka di mana mereka tidak ada memiliki perasaan bahwa mereka telah menyerahkan jiwanya; betapa peluru telah menembus mereka atau pecahan granat menghantam mereka. Pengejawantahan dari kesabaran meeka yang menyerahkan jiwanya demi keimanan, mereka terbaring dengan penuh luka dalam kubangan darah mereka selama berjam-jam lamanya sambil membaca shalawat. Jika ada di antara mereka yang mengeluarkan suara keluhan atas ‘bersabarlah, lain orang menyerahkan jiwanya tanpa sesuatu tujuan, Anda sedang memberikan pengorbanan di jalan yang agung.’ Maka kemudian, orang yang mengeluarkan suara keluhan itu membaca Shalawat sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, sehingga hal itu telah membuktikan bahwa ia telah memenuhi janjinya yang ia buat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

    Hudhur atba mengatakan bahwa beliau telah melihat sebuah rekaman video yang amat menggetarkan hati yang dibuat oleh seorang anggota yang terluka yang hampir tidak bisa bergerak. Tuhan sesungguhnya menerima pengorbanan dari orang-orang ini, tetapi para Malaikat-Nya menyirami ketabahan mereka di mana mereka itu menanti denggan sabar untuk berjam-jam lamanya dengan tanpa mengeluh, kecuali berdoa. Seorang pemuda umur 19 tahun terkena tembakan beberapa buah peluru, tetapi ia tetap terbaring pada satu posisi sambil berdoa. Bilamana saja polisi tiba pada saatnya maka akan ada banyak nyawa yang berharga dapat diselamatkan, tetapi pada saat di mana seluruh sistem itu sedang kacau balau, maka apa lagi yang dapat diharapkan?

    Seorang pemuda menangkap granat yang dilempar oleh terrorist dengan maksud untuk melemparkannya kembali, namun granat tersebut keburu meledak. Maka pemuda ini telah mengorbankan jiwanya dan telah menyelamatkan banyak nyawa. Seorang-orang tua juga mengorbankan jiwanya ketika ia lari menyerbu seorang penyerang sehingga seluruh tembakan peluru itu bersarang atas badannya. Hudhur atba mengatakan bahwa Inspektur General Polisi menyombongkan diri bahwa pihak polisi telah dapat menangkap dua orang terrorist. Inilah yang terjadi ketika seluruh system, dari atas sampai bawah itu tidak berbicara yang benar. Yang sebenarnya adalah, kedua terrorist itu ditangkap oleh kita sendiri. Terorist yang satu ditangkap oleh seorang pemuda kurus tapi penuh keyakinan. Ia mencekik leher terrorist tersebut dengan tangan satu, sedangkan tangan yang lainnya mencegah orang tersebut meledakkan ikat pinggang eksplosif bunuh dirinya.

    Hudhur mengatakan para terrorist ini adalah orang-orang berumur di bawah atau sedikit di atas 20 tahunan, yang berlatar belakang terpuruk dengan kemalangan. Dikarenakan dilanda kemiskinan, mereka itu sejak kecil dibawa oleh penjahat criminal yang mencuci otak mereka, memberikan harapan palsu kepada mereka dengan Syurga dan membawa mereka pada serangan bunuh diri, kami tidak pernah melihat kematian dari ring-leader dari para terroristnya itu sendiri, kami pun tidak pernah para ring-leader ini mengorbankan anak-anak mereka sendiri. Hanyalah anak-anak orang miskin yang malang yang telah kehilangan nyawanya.

    Hudhur atba mengatakan sementara jelas turunnya para Malaikat pada orang-orang yang terluka, Tuhan juga telah menempatkan atas mereka yang kehilangan orang-orang kecintaannya. Ini adalah karena keimanan mereka kepada Imam Zaman. Tuhan memerintahkan kepada para Malaikat untuk menghibur mereka sementara mereka sedang sibuk dalam berdoa. Hudhur mengatakan bahwa beliau melihat pemandangan sama di setiap rumah korban, dan beliau merasa takjub dengan caliber orang-orang yang telah Tuhan berikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., setiap orangnya menampakkan suatu personifikasi dari ‘…… innamaa asykur batstsii wa huznii ilal laahi …..’ – ‘….. Sesungguhnya aku mengadukan kesusahanku dan kesedihanku kepada Allah…’(12:87) dan memang inilah kebesaran dari seorang mukmin. Tuhan telah mengingatkan kepada orang-orang mukmin untuk bersabar: ‘Was ta’iinuu bish shabri wash shalaat…..” – ‘Dan mohonlah perrtolongan dengan sabar dan doa …’ (2:46). Seorang hamba Tuhan Maha Pemurah hanyalah akan bersujud kepada Tuhan dan bukannya dengan meneriakkan slogan mengadakan demo-demo atau mengambil tindakan hukum dengan tangannya sendiri. Ia mengalihkan perasaannya pada kesabaran dan doa serta berdoa dan bahwa dengan begitulah ia berhak untuk menerima kabar suka, Tuhan telah memberikan nubuatan kepada kita bahwa: ‘Wa lanablu wannakum bi syai’im minal khaufi wal juu’i wa naqsim minal amwaali wal anfusi wats tsamaraat wa basysyirish shaabiriin’ – ‘Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sesuatu ketakutan dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar suka kepada orang-orang yang sabar’ (2:156).

    Hudhur atba mengatakan ayat-ayat yang dibacakan pada awal khutbah ini menyebutkan orang-orang yang sedemikian itu sebagai syuhada dan yang menyerahkan jiwanya demi meraih keridhaan Tuhan. Para malaikat menghibur orang-orang yang seperti ini. Jiwa dan harta dari orang-orang mukmin dan juga kehormatannya diserang pada saat ketika nampak seolah-olah jika pintu pertolongan Tuhan sudah tertutup dari semua jurusan. Ketika orang-orang mukmin memperlihatkan kesabaran dan ketabahannya dalam musibah semacam itu, mereka mendapat keberkahan Tuhan dan datang pada perlindungan- Nya. Pintu kesuksesan terbuka bagi mereka dan Tuhan memperlihatkan ketakjuban bagi mereka. Maka, kesabaran itulah syaratnya. Beberkatlah para Ahmadi dari Lahore yang telah memperlihatkan kesabarannya, yaitu mereka yang telah pergi maupun mereka ditinggalkannya. Tuhan adalah bnar dalam memenuhi janji-Nya. Dia akan memenuhi semua janji-janji- Nya. Sekarang ini, ketenangan dalam hati adalah satu tanda tentang pemenuhan janji-Nya itu.

    Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan malaikat-malaikat turun kepada orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ dan orang-orang yang bersabar. Tuhan menjadi sahabat mereka di dunia ini dan di Akhirat nanti. Kesabaran yang paling besar adalah pada saat ketika orang itu sedang tertimpa kemalangan musibah dari segala jurusan dan tidak ada jalan keluar. Pada saat musibah seperti itu, bahkan Allah tidak memperlihatkan hiburan melalui mimpi-mimpi dan sebagainya. Jika seseorang itu tidak memperlihatkan rasaa pengecutnya di mana tidak ada kemunduran atau pengurangan dalam hal kesabaran dan dedikasinya dan seseorang itu tidak menggantungkan dirinya kepada seseorang lain untuk mencari dukungan, tetapi ia tetap teguh dan menyelesaikan sendiri urusannya serta tidak menghindarkan diri dari takdir Ilahi dan tidak memperlihatkan sesuatu ketidak-sabaran atau kegelisahan sedikit pun sampai ujian ini berakhir. Inilah kesabaran yang melalui jalan ini orang akan menemukan Tuhan, yang harum semerbaknya masih dapat tercium dari debunya para Nabi-nabi, kebenaran dari para syuhada.

    Hudhur atba mengatakan, kini debu dai para syuhada kita juga mengeluarkan harum semerbaknya yang membuat wangi kepada kita dan yang mengatakan janganlah kita keluar dari kesabaran yang harus kami pegang teguh itu. Tuhan adalah Benar dalam janji-janji- Nya, keteguhan hati kami janganlah sampai berobah dikarenakan lamanya masa ujian, di mana tidak boleh keluar atau terucapkan sesuatu kata pun tentang ke-tidak bersyukuran kita. Hudhur mengatakan banyak yang sudah melihat mimpi yang bagus dari para Syuhada Lahore yang memperoleh anugerah medali di Syurga.

    Kesedihan dan kepedihan hati kita hanyalah di-ekspresikan kepada Tuhan dan janganlah sampai berkurang dalam hal ini. Dalam wejangannya kepada para Ahmadi Lahore, Hudhur atba mengatakan bahwa tentang mereka itu adalah yang tersebut dalam sebuah wahyu yang pernah diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.:

    ‘Ada terdapat anggota-anggota Jama’at kita yang suci di Lahore’ (Tadhkirah hal. 482). Hudhur mengatakan, ini adalah kemuliaan mereka dan mereka ini haruslah menjunjungnya tinggi sebagaimana di sana ada kabar suka yang amat besar dalam kaitannya dengan keadaan sekarang ini. Beruntunglah Anda kalian semua, bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah memberikan sebuah kabar suka tentang kota kediaman kalian itu. Hudhur mengatakan dalam kejadian ini, para musuh dalam melakukan penyerangannya itu tidak hanya untuk menghilangkan nyawa orang. Mereka menginginkan untuk menimbulkan rasa ketakutan. Menurut asumsi mereka, mereka mengharapkan untuk menjauhkan orang-orang Ahmadi yang lemah serta untuk menciptakan kegelisahan dan keresahan di antara para pemuda kita. Mereka itu tidak mengetahui bahwa mereka ini adalah anak-anak dari para ibu yang dari air susunya mengalir janji setia untuk mengorbankan jiwa, harta, waktu dan anak-anak mereka. Yang mereka sendiri memiliki semangat dalam menghormati kesetiaan. Pihak musuh ber-asumsi bahwa orang-orang Ahmadi tidak akan mampu untuk menerima kehilangan dan kerugian yang besar ini dan akan mengadakan demonstrasi- demonstrasi yang keras, sehingga pihak pemerintah pun akan mendapat kesempatan untuk menekankan kehendaknya atas mereka ini. Dan dengan memperbesar- besarkan reaksi-reaksi keras yang sedemikian kepada dunia lainnya maka orang-orang Ahmadi ini akan dapat dijatuhkan. Apa yang mereka tidak ketahui adalah bahwa orang-orang Ahmadi ini adalah orang-orang yang meminta pertolongan kepada Tuhan dengan kesabaran dan Doa-doa, dan orang-orang yang mencari perlindungan kepada-Nya, orang-orang yang berhimpun di bawah bendera Khilafat, sehingga tidak akan pernah ber-reaksi dengan cara yang seperti orang-orang lainnya.

    Hudhur atba mengatakan ketika reaksi seperti yang mereka harapkan itu tidak muncul, dunia lainnya yang menyuarakan perhatian concern mereka dan media pun meng-ekspose tentang orang-orang ini, maka kemudian pada larut malam, mereka pun berpikir untuk mengeluarkan statement tentang rasa sympathy mereka. Hudhur mengatakan memang sungguh mengherankan, bahwa mereka itu masih saja tidak menyadari macam apakah orang-orang Ahmadi ini. Betapa pun sejarah yang sudah berlangsung selama 120 tahun itu tidak membuat terbukanya mata mereka, bahwa inilah orang-orang yang bangkit dan menerima seruan dari seorang Imam. Mereka ini adalah para pengikut dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang telah datang untuk menegakkan ajaran dari Tuan-nya yakni Yang Mulia Rasulullah s.a.w.; ajaran yang telah telah merobah orang-orang brutal menjadi orang-orang yang bertakwa. Sekarang, kami-kami ini telah meninggalkan keadaan seperti orang-orang yang brutal dan teraspirasikan menjadi orang-orang yang ber-Tuhan, orangnya Tuhan, maka betapa kami dapat melakukan demo-demo serta memberikan reaksi dengan cara kekerasan? Kami katakan ‘Innal lillaahii wa innaa ilihi raaji’uun’ – ‘ Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali’ – dan kami menyerahkan segala urusan kami kepada Tuhan dan kami hanya menunggu keputusan-Nya. Kalian boleh saja meneruskan kebrutalan tersebut dan kekerasan kalian yang kalian lakukan dengan meng-atas-namakan Tuhan terhadap orang-orang yang dicintai oleh Tuhan dan yang dengan cara itu kalian membawa masa kembali pada kebrutalan masa jahiliyah yang terjadi pada 1500 tahun yang lalu. Ada yang mengatakan kami tidak memerlukan seorang pembaharu atau seorang reformer, Shariah dari Kitab Suci Alqur-aan sudahlah cukup. Kemudian, apakah perbuatan mereka itu sesuai dengan Shariah?

    Hudhur atba mengatakan, ‘Kalian itu tidaklah berhasil dalam berusaha membawakan nama Junjungan kami, yang adalah pembawa kebaikan kepada manusia, Yang Mulia Rasulullah s.a.w. kecuali dalam reputasi yang buruk. Hudhur mengatakan pada Hari Kiamat itu Kalimah Syahadat (pernyataan keimanan dalam Islam) akan menyergap setiap orang dari mereka dan mendorong mereka pada keakhiran yang buruk. Kewajiban kami adalah untuk bersabar; bukan saja membuat orang lain itu takjub atas kesabaran kami, tetapi juga mereka akan tertarik pada Ahmadiyyah dan telah menyatakan keinginannya untuk mengambil bai’at. Maka kebrutalan mereka itu telah membuahkan keberkahan bagi kami.

    Hudhur atba mengatakan bahwa beliau bermaksud untuk menceriterakan beberapa kejadian tetapi beberapa di antaranya begitu menggetarkan hati sehingga takut bahwa Hudhur tidak dapat menahan rasa emosionalnya. Namun Hudhur akan menyampaikan beberapa di antaranya.

    Seorang jama’ah pada Shalat Jenazah mengatakan, ‘ Saya sudah memperoleh satu lagi keberkahan, sekarang saya menjadi ayah dari seorang Syuhada. Keteguhan hati dan keberanian saya tinggi.’ Seorang Ahmadi diberitahu bahwa saudaranya sudah disyahidkan, engkau harus pergi ke Rumah-sakit Anu. Jawabannya adalah yang sudah meninggal itu sudah pergi, saya harus tinggal di sini, saudara-saudara Ahmadi barangkali ada yang memerlukan bantuan darah.’ Seorang ibu berkata, ‘Saya telah menaruh anak laki-laki muda saya dari pangkuanku ke pangkuan Tuhan, ia adalah amanat dari Tuhan. Shad sahib, seorang muballigh dari Model Town yang disyahidkan, yang saat penyerangan itu sedang menyampaikan Khutbah Jum’at, beliau terus saja mengumandangkan Darud, Shalawat dan doa-doa serta mengumandangkan Allahu Akbar dengan keras. Beliau sebelumnya telah menyebutkan pensyahidan Ahmadi pada waktu Subuh hari itu. Ada sekitar 200 orang Ahmadi yang berlindung di bawah tangga di luar. Seorang terrorist masuk ke dalam halaman. Bila saja ia itu jalan keluar, maka tidak akan ada yang tertinggal dari 200 Ahmadi ini. Seorang Ahmadi tua 65 tahun lari menyerbu kepadanya dan merampas peluru-peluru dari dadanya. Terrorist tersebut telambat keluarnya sehingga banyak orang Ahmadi yang terselamatkan. Ketika usai dan mereka keluar, mereka melihat ada banyak orang yang disyahidkan terbaring pada tangga.

    Seorang Ahmadi yang datang dari Japan ikut dalam sembahyang jenazah. Ia mengatakan bahwa Shalat jenazah ini mengingatkan memory-nya pada zaman Rasulullah s.a.w. Itulah contoh dari kesabaran, yang sulit diucapkannya dalam kata-kata. Ia berjumpa dengan seorang tua dan bertanya kepadanya bagaimana ia tahu tentang yang disyahidkan ini? Jawaban dia adalah, ia adalah anak laki-laki-ku. Yang berceritera tersedu hatinya tetapi ayah Syuhada itu mengatakan ‘Alhamdulillah, demikianlah kehendak Tuhan’. Ia menemukan wajah-wajah yang menampakkan keteguhan hati di sana. Seorang ibu menceriterakan anaknya yang kecil pergi untuk Shalat Jum’at, Tuhan telah menyelamatkannya. Ketika insiden itu diperlihatkan dalam TV, ibu-ibu tetangganya datang berkumpul ke rumahnya, mengira bahwa ia akan nangis meraung-raung. Namun, ibu ini mengatakan kepada mereka bahwa segalanya terserah kepada Tuhan. Ia mengatakan kepada mereka, bahwa ia tidak peduli terhadap anaknya saja, semua mereka (yang ada di dalam mesjid itu) adalah anggota keluarganya. Jika anaknya disyahidkan maka mereka akan meraih kedekatan kepada Tuhan; dan bilamana mereka itu selamat maka mereka adalah Ghazi (yaitu orang yang ada dalam konflik untuk Islam). Seorang ibu kehilangan anak laki satu-satunya, anak-anaknya yang lain adalah perempuan, beliau kelihat begitu tabah dan sabarnya. Seorang Ahmadi dari Syria sedang berkunjung ke sana dan berada di dalam mesjid, ia pun terluka. Ia menceriterakan bahwa ia tidak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya. Tidak ada kepanikan, tidak ada chaos, tidak ada ketakutan. Setiap orang melaksanakan tugasnya masing-masing, tetap mentaati perintah walaupun serangan tembakan-tembakan sedang berlangsung.

    Hudhur atba mengatakan, orang-orang ini, yang ibundanya adalah orang-orang yang dijadikan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di dalam Jama’at-nya dan yang telah menegakkan model contoh besar dalam pengorbanan. Mereka tidak saja merasa prihatin akan anak-anaknya sendiri saja, namun hati mereka merasa pedih untuk Jama’at keseluruhannya. Hudhur atba mengatakan, ‘Hai para ibu Ahmadi, jangan biarkan kebaikan dan kebajikan serta emosi suci ini menghilang. Selama kebajikan ini ada, maka tidak akan ada musuh yang dapat mengganggu dan merugikan Jama’at sedikit pun.’

    Sewaktu membawa peti-peti jenazah syuhada dalam mobil-mobil ambulance, seorang pemuda mengatakan bahwa peti jenazah yang terakhir adalah jenazah ayahnya. Bukannya ia itu ikut di dalam ambulance tersebut melainkan ia kembali ke mesjid untuk menjalankan tugasnya. Hudhur mengatakan, begitulah keadaan orang-orang berjiwa besar dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang hanya memperlihatkan perasaan emosinya kepada Tuhan. Hudhur mengatakan ada beberapa kejadian lainnya yang semuanya akan dikumpulkan dan ditulis nanti. Setiap orang mengatakan, selama orang-orang terrorist itu berada di dalam mesjid, sama sekali tidak menampakkan suasana panic. Selama mereka itu masih bernyawa, perintah-perintah yang dikeluarkan oleh murrabi sahib dan pengurus jama’at, semuanya mereka ikuti. Bahkan sesudahnya pun, setiap orang itu tetap ter-organisir. Seseorang jama’at tua tetap berada dalam posisi bersujud. Hudhur mengatakan, demikianlah ilustrasi dari iman yang sejati.

    Hudhur atba mengatakan, beliau menerima banyak surat-surat yang merujuk pada ayat 24 dari Surah Al Ahzab (33): ‘Minal mu’miniina rijaalun shadaquu maa ‘aahadul laaha ‘alaihi fa minhum may tadziru …..” – ‘Di antara orang-orang ngsa yang beriman, ada orang-orang yang benar-benar telah menepati apa yang dijanjikan mereka kepada Allah. Maka sebagian dari mereka telah menyempurnakan niatnya –meninggal-, dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka tidak merubahnya sedikit pun. (33:24) dan orang-orang ini memberikan keyakinan kepada Hudhur akan janji suci mereka dalam bai’at. Para musuh mengira kejadian tersebut akan dapat melemahkan kami, akan menghancurkan kekuatan kami. Mereka ber-asumsi bahwa orang-orang Ahmadi perkotaan ini barangkali tidak memiliki keteguhan iman. Mereka tidak tahu bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menanamkan kekuatan energy keimanan di dalam jama’atnya. Tidak diragukan lagi bahwa mereka ini ikut terlibat di dalam urusan duniawi, namun hal itu bukanlah tujuan objektif mereka; bila saja mereka ini dipanggil untuk panggilan keimanan, keyakinan atau agama, mereka akan selalu tampil. Bukannya dengan ke-brutalan – kekerasan dan kekejaman -, mereka ini adalah sang pahlawan dalam hal kemanusiaan. Hudhur mengatakan, pada dasarnya semua orang-orang Ahmadi ini adalah termasuk dalam etnik suku bangsa yang sama, namun, setelahnya mereka ini menerima Hadhrat Masih Mau’ud a.s., orang-orang ini memberikan pengorbanan jiwanya untuk agama itu, adalah dengan mengikuti cara sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan.

    Hudhur atba mengatakan semoga Tuhan membalas jasa kepada surat-surat kabar, press Pakistan dengan pemberitaannya yang jujur atas kejadian tersebut, semoga Dia memberi taufik kepada mereka untuk senantiasa mengatakan yang sebenarnya dan tidak kembali pada cara-cara yang lama. Hudhur mengatakan banyak Negara-negara yang mengirimkan ucapan turut berduka-cita; di sini beberapa orang MP juga telah menyampaikan rasa sympathy mereka. Semoga Tuhan memberikan ganjaran balasan kepada mereka semuanya. Ada lagi, bahkan kelompok Khatm e Nabuwat nampaknya mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah merupakan perbuatan yang jelek. Hudhur mengingatkan, jika memang demikian, lalu bagaimana tentang poster-poster dan spanduk-spanduk? Poster dan spanduk yang dipasang dengan atas nama para hakim-hakim Pengadilan Tinggi? Siapakah orang yang memasangnya? Itulah mereka yang dianya sendiri yang membuat hasutan terhadap orang-orang yang dungu. Sekarang, mereka dapat melihatnya bahwa perjalanan dunia sudah berubah, sehingga mereka pun ikut di dalamnya. Penyebab sebenarnya dari permusuhan ini adalah rasa dendam dan cemburu iri-hati yang diperlihatkan terhadap kita, dari apa yang dinamakan ulama mullah. Kepala Hakim Pengadilan Tinggi Pakistan memeriksa setiap berita – walau sekecil apa pun – yang akan dimasukkan ke dalam press. Apakah mereka juga punya pikiran untuk ambil perhatian akan berita permusuhan yang besar-besar sebagaimana yang dipasang pada spanduk dan poster-poster? Apakah mereka akan mengambil tindakan terhadap ulama-ulama mullah ini yang menghasut dan memanas-manasi orang dengan kebencian terhadap sesama bangsa? Apakah standard keadilannya hanyalah terbatas pada pilihannya saja? Kesedihan hati dan kesusahan kami hanyalah kami sampaikan kepada Tuhan semata, kami tidak dapat mengharapkan apa-apa dari mereka semua itu. Hudhur mengatakan, beliau hanya memperlihatkan standard-nya saja. Sesungguhnya, setelahnya tiap ujian itu, persepsi kami tentang pengorbanan untuk Tuhan, demi untuk meraih keridhaan-Nya itu selalu meningkat. Orang-orang tidak akan dapat merugikan kita atau memberikan sesuatu apa kepada kita.

    Hudhur atba mengatakan, memang sesungguhnya ada banyak terrorisme di Pakistan ini, namun jika terror kekejaman itu ditujukan terhadap orang-orang Ahmadi, penteror ini justru mendapat perlindungan hukum. Orang-orang pelaku jahat dari Mong (pelaku kekejaman terhadap sebuah mesjid Ahmadiyyah beberapa tahun yang lalu) tetap bebas berkeliaran di jalan-jalan. Orang-orang Ahmadi tidak dapat mengharapkan sesuatu apa dari orang-orang ini. Allah adalah Tuhan kami, hanyalah Dia yang penolong kami. Dia akan senantiasa menolong kami. Kami tidak dapat mengharap kebaikan apa pun dari mereka di masa depan ini, oleh karena itu semua orang-orang Ahmadi harus tetap siaga dan waspada. Kita harus selalu membaca doa-doa:

    ‘Allaahumma innaa naj’aluka fii nuhurihim wa na’udzubikaa min syuruwrihim’

    Wahai Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau sebagai perisai untuk menghadapi mereka, dan berlindung kepada Engkau dari pada kejahatan-kejahatan mereka. dan
    Rabbi kullu syai’in khaadimuka rabbi fahfazhnaa wanshurnaa warhamnaa

    Wahai Tuhanku, segala sesuatu adalah hamba-Mu, maka lindungilah kami, tolonglah kami, dan kasihanilah kami.

    Hudhur mengatakan ada banyak doa-doa lainnya, doakanlah mereka agar mereka mendapatkan keadilan. Hudhur mengatakan saat ini kita mendapat seorang lagi Syuhada, yaitu Dr. Imran sahib, yang terluka dalam kejadian tersebut dan sekarang telah meninggal.

    Hudhur mengatakan Ahmadi telah memainkan peranan penting dalam pembentukan Negara Pakistan lebih daripada mereka yang sekarang menduduki jabatan sebagai care-taker dari negeri ini. Banyak-banyaklah berdoa untuk Negara ini, semoga Negara ini diselamatkan dari keburukan dan kejahatan, dan diselamatkan dari keburukan mereka yang menciptakan kerusuhan dan kekacauan, semoga Dia menyelamatkan setiap orang Ahmadi dari segala keburukan. Seseorang telah menulis surat kepada Hudhur bahwa musuh telah menggulirkan berlian-mutiara kita ke dalam debu. Hudhur mengatakan, ini tidak benar. Musuh sudah berusaha untuk itu, namun Tuhan telah mengumpulkan berlian-berlian ini dan merangkulnya. Setiap butir berlian ini terus memperkuat berlian-berlian lainnya yang tertinggal, di mana berlian-berlian ini menghiasi ufuk dari Islam, Ahmadiyyah, di mana berlian-berlian ini telah membentuk satu konstelasi baru dan setiap butir dari bintang-bintang berlian ini adalah merupakan mercu suar petunjuk bagi kita. Tidak akan pernah ada musuh yang sukses. Semoga Allah Taala meninggikan status dari para Syuhada ini dan senantiasa memberikan kepada kami ketabahan.

    Hudhur atba mengatakan beliau akan menyebutkan nama-nama para Syuhada ini di lain waktu. Beliau mengumumkan akan melaksanakan Shalat Jenazah setelahnya sembahyang Jum’at. Setelah tragedy tersebut seorang Ahmadi di-syahidkan di district Narowal Pakistan ketika beliau sedang tidur di rumahnya; anaknya pun terluka dalam serangan tersebut, semoga Allah SWT memberikan kesehatan yang sempurna kepada yang terluka serta meninggikan kedudukan almarhum yang meninggalkan seorang janda, 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Pembunuh tersebut termasuk dalam kelompok Tahafuz e Khatm e Nabuwat yang mengaku bahwa ia melakukan pembunuhan tersebut atas pernyataan seorang ulama mullah setelahnya insiden yang terjadi di Lahore.

    Hudhur atba berdoa dan mendoakan semoga Tuhan melindungi dan menyelamatkan setiap Ahmadi dari segala macam keburukan. Hudhur berdoa dengan sangat khusuk sekali; juga mendoakan bagi mereka yang terluka semoga Allah SWT. secepatnya memberikan kepada mereka kesembuhan yang sempurna.

    PPSi / PC VI-PKT, 7-6-2010

  2. 2 Nasrullah Juni 8, 2010 um 5:07 am

    http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=2010%5C05%5C31%5Cstory_31-5-2010_pg3_3
    Para Ahmadi Tak Pernah Melakukan Sesuatu Untuk Merugikan Pakistan

    Dr.Mansoor adalah Kepala Cardio di Mayo dan King Edward
    Syed Mansoor Hussain telah berpraktek dan mengajarkan pengobatan di AS

    Kita di sini bersama-sama di dalamnya – Dr Syed Mansoor Hussain

    Senin, 31 Mei 2010
    Daily Times

    Para Ahmadi tak pernah berbuat sesuatu untuk merugikan Pakistan, namun orang-orang yang menentang pembentukan Pakistan berada di barisan terdepan untuk menuduh mereka sebagai anti-Pakistan

    Sesudah pembunuhan masal hari Jum’at di Lahore, saya tetap bertanya kepada diri sendiri, bagaimana dan mengapa kita telah tiba pada segi ini. Saya besar di Lahore tahun-tahun 50an dan 60an. Keluarga saya tidak terlalu religius tapi tidak pula mereka terlalu liberal. Saya menjalani jenis pendidikan keIas menengah pada waktu itu, sekolah menengah Bahasa Inggris, disusul dengan dua tahun pendidikan di Government College (GC) dan kemudian lima tahun di King Edward (KE) Medical College.

    Selama tahun-tahun itu, saya tentu teIah mendengar tentang orang-orang Ahmadi dan sangat mungkin mempunyai kawan-kawan dan teman-teman sekelas yang adalah orang-orang Ahmadi seperti juga adanya Syiah, Sunni, dan bahkan beberapa orang Kristen, tapi tak pernah memikirkannya. Pertama kali kemarahan sektarian terhadap para Ahmadi terjadi dalam kehidupan saya adalah ketika sebagai mahasiswa tahun kedua di KE, seorang teman sekelas kami tewas dalam kecelakaan tragis di kolam renang.

    Kami putuskan untuk melaksanakan shalat jenazah (namaaz-e-jinaza) bagi teman sekelas kami di kampus perguruan tinggi itu. Tiba-tiba tanpa disangka-sangka muncul serombongan mahasiswa yang berasal dari Islami Jamiat-i-Talaba (IJT) yang berupaya untuk menekan kami bahwa yang meninggalkan adalah seorang Ahmedi dan oleh sebab itu shalat jenazah tidak perlu dilaksanakan buat dia. Untungnya, sebagian besar mahasiswa di kelas kami mengabaikan usul-usul IJT dan terus melaksanakan shalat jenazah.

    Kenangan-kenangan masa lalu saya di Lahore sebagai seorang anak adalah arak-arakan, huru hara yang membawa pada jam malam dan bahkan pada sesuatu yang disebut hukum darurat perang (Martial Law). Bertahun-tahun kemudian ketika saya kembali dan membaca mengenai sejarah permulaan Pakistan, saya menyadari bahwa huru hara itu merupakan bagian dari gerakan anti-Ahmadi yang dipimpin oleh kelompok-kelompok keagamaan anti-Pakistan seperti Ahrar dan Jamaat-e-Islami. Sebagian dari bacaan saya termasuk ‚Munir Report‘ yang ditulis oleh Justices Munir dan Kayani mengenai ‚gangguan-gangguan‘ ini.

    Dalam laporan itu saya juga menemukan bahwa pemerintahan Pakistan Muslim League (PML) di Punjab yang dipimpin oleh Mian Mumtaz Daultana telah membantu dan bersekongkol dengan gerakan ini. Sungguh laporan itu menjadi pembuka mata dan mungkin merupakan contoh agung dari karya ilmiah dan obyektifitas dari pengadilan senior di Pakistan. Pada pendapat saya seorang penelaah sejarah Pakistan yang sungguh-sungguh wajib membaca laporan itu.

    Tahun-tahun 60an berakhir dengan kejatuhan diktator militer Jendral dan kemudian Field Marshal Ayub Khan, membawa pada diktator militer kedua dalam sejarah Pakistan yang dipimpin oleh Jendral Yahya Khan. Apapun yang orang mungkin katakan mengenai 13 tahun di bawah dua jendrel ini, Pakistan waktu itu merupakan sebuah negeri yang dihembuskan dengan semangat pluralis keagamaan. Sektarianisme ada tapi sangat terbatas dan terkendali.

    Menjelang akhir 1971 saya meninggalkan Pakistan menuju AS. Ketika saya meninggalkan Pakistan, negeri itu masih mempunyai dua sayap, Pakistan Barat dan Timur; bagaimanapun, negeri itu segera menuju perpecahan dengan kekerasan. Dalam dekade berikutnya, segala sesuatu banyak berubah. Para Ahmadi dinyatakan sebagai non-Muslims oleh Zulfikar Ali Bhutto (ZA), masjid-masjid mereka menjadi ‚baitus shalat‘ dan mereka dilarang untuk menyebut diri mereka Muslim.

    Kemudian tibalah dekade Islamisasi yang buruk yang di dalamnya Pakistan berubah sepenuhnya. Keagamaan dengan cara yang ekstrim menjadi aturan yang diterima, dan secara virtual semua Muslim yang tidak menerima pandangan ekstrim ini menjadi golongan yang terbuang. Para Ahmadi disudutkan dan sepenuhnya menjadi terasing. Hasutan tahun 1953 terhadap mereka pada akhirnya telah berhasil. Semua anggota keagamaan minoritas yang mampu, meninggalkan negeri itu termasuk orang Parsees, Kristen, Hindu, dan Ahmadi.

    Selama tiga dekade saya tinggal dan bekerja di AS. Selain dari pada para anggota keluarga kawan-kawan dekat saya selama tahun-tahun itu, setengahnya adalah orang-orang Yahudi dan selebihnya adalah Kristen dari berbagai aliran, orang-orang India termasuk Hindu, Sikh dan sepasang suami-istri penganut Jainisme, dan beberapa Muslim dari Pakistan. Bagi saya agama menjadi ukuran penting terkecil dari persahabatan. Sejujurnya, bagi kebanyakan kehidupan profesional saya di AS, jika saya harus bergantung pada seseorang, maka itu adalah Yahudi disusul orang-orang India dengan orang-orang Pakistan benar-benar tak dapat dipercaya sebagai sebuah kelompok.

    Ketika saya kembali ke Pakistan beberapa tahun lalu, seorang Jendral lain berkuasa, dan ‚agak tercerahkan‘ merupakan semboyan yang sedang digembar-gemborkan oleh Jendral itu dan para agamawannya. Sedihnya, betapa pun tertutupnya, kenyataannya adalah bahwa Talibanisasi dan ekstrimisme keagamaan sedang ditekankan oleh ‚golongan mapan‘ itu. Semua pendakwaan tercerahkan itu digembar-gemborkan sepenuhnya ketika upaya untuk melepaskan kolom ‚agama‘ dalam paspor kebangsaan Pakistan gagal. Seperti ZAB, Musharraf mungkin telah merupakan seorang agamis yang moderat, tapi dia juga memberikan angin pada kelompok ekstrimis keagamaan untuk menyelamatkan jabatannya.

    Beberapa tahun terakhir telah terlihat peningkatan keagamaan dan juga dorongan terorisme keagamaan kedua-duanya di Pakistan. Adalah benar bahwa banyak unsur yang sedang memacu bangkitnya kembali ekstrimisme, yang paling penting adalah serangan yang dipimpin AS dan penguasaan Afghanistan dan kemudian Iraq. Tapi itu tidak membebaskan kita di Pakistan dari dakwaan pembiaran tumbuhnya ancaman ini.

    Itu terjadi karena kolusi orang-orang demi kekuasaan dan kemasyhuran sebab banyak orang awam Pakistan mendukung pandangan Islam yang keras dan ekstrim yang didorong oleh Taliban dan yang sejenis dengan mereka. Tentu saja pemerintahan- pemerintahan baru yang demokratis di Pusat juga di Punjab kedua-duanya telah menghasilkan suara-suara yang tepat tapi mereka tidak mempunyai kepandaian untuk keluar secara terbuka menentang ekstrimisme keagamaan dan orang-orang yang mendukung itu. Kecuali jika orang-orang awam bangkit menghadapi ancaman ini, hal itu tak akan pernah terkendali.

    Sejauh hubungannya dengan serangan terhadap tempat-tempat ibadah orang Ahmadi (tidak dapat menyebutnya ‚masjid‘ sebab bertentangan dengan hukum negeri itu), itu secara khusus merupakan perbuatan tercela. Orang-orang berkumpul untuk beribadah kepada Allah, dan mereka menjadi korban serangan oleh orang-orang yang mendakwakan diri untuk mengabdi kepada Allah. Sejauh yang saya tahu orang-orang Ahmadi tak pernah melakukan sesuatu untuk merugikan Pakistan, namun orang-orang yang menentang pembentukan Pakistan berada di barisan terdepan dalam menuduh mereka sebagai anti-Pakistan.

    (terjemahan oleh: ma)


Hinterlasse einen Kommentar

Diese Seite verwendet Akismet, um Spam zu reduzieren. Erfahre, wie deine Kommentardaten verarbeitet werden..




AYO BERBELANJA DI TOKO ONLINE KAMI:

Top-Klicks

  • Keine

Blog yang Saya Ikuti

Statistik Blog

  • 338.477 hit

IBX5A601C18C1153


Buletin BBPMSOH

Just another WordPress.com site